Psikoterapi Narkoleptik

Narkolepsi adalah kondisi yang kurang terdiagnosis dan melemahkan: efek jangka panjang narkolepsi pada penderitanya sangat menghancurkan. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa penderita narkolepsi secara signifikan lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan, memiliki aktivitas santai yang buruk, dan gangguan sosial di tingkat sosial, terutama di tempat kerja.

Narkolepsi sering kali dibebani dengan serangkaian gejala fisik termasuk namun tidak terbatas pada hilangnya kendali otot, depresi berat, halusinasi, dan kantuk di siang hari. Kebanyakan orang yang menderita narkolepsi juga akan mengalami kurang tidur, yang dapat menyebabkan iritabilitas, kecemasan, dan depresi.

Narkolepsi, seperti orang dengan narkotika hipnosis, cenderung dipengaruhi oleh ketakutan dan kecemasan mereka sendiri, menyebabkan mereka menghindari situasi atau lingkungan yang dapat memicu serangan mereka. Karena mereka tidak dapat mengontrol serangannya, mereka tidak dapat mencegah terjadinya serangan. Satu-satunya jalan bagi orang-orang ini adalah dengan mengelolanya melalui pengobatan dan hipnosis.

Obat untuk narkolepsi biasanya diresepkan. Misalnya, antidepresan seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI), seperti Paxil dan Zoloft, diresepkan untuk penggunaan jangka panjang. Namun, banyak dari obat ini datang dengan efek samping yang tidak menyenangkan termasuk insomnia, pikiran untuk bunuh diri, dan jantung berdebar-debar. Dalam beberapa kasus, orang yang menderita kondisi ini harus berhenti minum obat karena efek sampingnya yang tidak menyenangkan.

Anti-depresan lain seperti Fluoxetine digunakan lebih jarang untuk kasus narkolepsi ringan yang tidak dapat mentolerir efek SSRI. Obat ini dikenal menawarkan bantuan jangka pendek, tetapi sering kali membuat pasien merasa lebih buruk daripada sebelum mereka mulai minum obat.

Hipnoterapi juga merupakan pilihan pengobatan yang populer untuk narkolepsi. Perawatan ini menggabungkan modifikasi perilaku dengan terapi perilaku kognitif dan umumnya dilakukan di klinik di seluruh negeri.

Kedua terapi perilaku kognitif tersebut dapat membantu mengurangi gejala narkolepsi. Terapi perilaku kognitif membantu pasien untuk mengubah pola pikir yang memicu stres dan kecemasan, termasuk menghindari situasi yang memicu serangannya.

Terapi perilaku membantu pasien mempelajari cara-cara baru untuk mengendalikan serangan mereka dan mengurangi stres dan kecemasan. Selain menggunakan obat-obatan, terapi perilaku kognitif juga dapat mencakup olahraga teratur untuk meningkatkan kekuatan otot.

Karena sulitnya menghentikan serangan hanya dengan obat, pasien yang menderita narkolepsi terkadang merasa lebih efektif untuk menerima terapi perilaku kognitif untuk mengelola serangannya. Walaupun keberhasilan terapi jenis ini tidak dijamin, ada beberapa hasil yang menjanjikan pada beberapa orang. Meskipun bukan obatnya, namun dapat mengurangi keparahan dan frekuensi serangan. Kebanyakan orang yang mendapat manfaat dari terapi perilaku kognitif menemukan bahwa mereka tidak lagi mengalami serangan setelah mereka berhenti minum obat.

Terapi Perilaku Kognitif paling efektif bagi mereka yang tidak dapat mentolerir efek samping SSRI atau antidepresan lainnya. atau terlalu malu untuk mendiskusikan kondisi mereka dengan dokternya. Karena menggunakan penguatan positif, pendekatan tersebut dikenal cukup efektif.

Meskipun penderita Narkolepsi dapat memperoleh banyak manfaat dari terapi perilaku kognitif, penting untuk diingat bahwa bentuk pengobatan ini tidak boleh dianggap sebagai pengganti pengobatan. Jika penderita tidak dapat mengontrol serangannya tanpa pengobatan, maka akan lebih baik untuk mempertimbangkan pengobatan terlebih dahulu sebelum menjajaki hipnoterapi atau terapi perilaku.

Karena stigma yang melingkupi jenis pengobatan ini, kebanyakan pasien narkolepsi merasa tidak nyaman mendiskusikan kondisinya dengan keluarga atau teman. Sayangnya, masalah ini sebagian besar masih belum diketahui oleh komunitas medis.

Narkolepsi yang memilih untuk mencoba hipnoterapi atau terapi perilaku harus mencari ahli medis untuk memberikan pilihan pengobatan yang tepat. Jika penderitanya tidak mau mencari pengobatan untuk kondisinya, maka sebaiknya melakukan penelitian tentang pengobatan alternatif untuk membantu mengelola kondisinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *